TUGAS I
ILMU BUDAYA DASAR
"Kebudayaan Daerah Surakarta"
Dosen : Auliya Ar Rahma
oleh :
Zullyan Pangestu
1C114700/ 1KA01
Sistem Informasi
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kita
di indonesia termasuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai bangsa yang
berkepribadian baik. Bangsa timur dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah dan
bersahabat. Orang – orang dari wilayah lain sangat suka dengan kepribadian
bangsa timur yang tidak individualistis dan saling tolong menolong satu sama
lain
Menurut
Selo Soemardjan menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakat adalah manusia yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tak ada masyarakat
yang tidak mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat
sebagai wadah pendahulunya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan kegiatan bagi
kepentingan bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan budaya.
Kota
Solo merupakan kota penuh nuansa sejarah
dan budaya, memilki tradisi Jawa yang dibanggakan masyakatnya. Sebuah tempat
yang akan membuat Anda terkesima dengan beragam atraksi warisan budaya Jawa
kuno. Paling tidak beberapa hari harus Anda sisihkan untuk menikmati semua
sajian wisata yang mengagumkan di sini. Dari menjelajahi kota sambil melihat
keraton, mengunjungi pasar tadisional, berbelanja batik.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sejarah dan asal – usul kota solo ?
2. Apa
saja seni dan kebudayaan solo ?
3. Bahasa
apakah yang diapakai oleh orang solo?
1.3 Batasan
Masalah
Untuk menghindari kesalahan persepsi dan tidak meluasnya pokok pembahasan, maka pembahasan dari makalah ini yaitu mengenai penduduk, masyarakat, dan kebudayaan suku jawa tengah ( Surakarta ).
1.4 Tujuan
penulisan
Tujuan penulisan makalah mengenai suku jawa tengah yaitu untuk mengetahui sejarah suku jawa tengah dan penulis juga ingin mengetahui dan memahami budaya jawa tengah dari segala aspeknya. Adapun manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang proses dan pertumbuhan social suku jawa tengah (Surakarta )
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Kota
Solo tidak lebih dari sebuah desa terpencil yang tenang, 10 km di sebelah timur Kartasura, ibukota kerajaan Mataram. Pakubuwana II yang menjadi Raja Mataram mendukung Cina melawan Belanda, kemudian Pakubuwono II mencari tempat yang lebih menguntungkan untuk membangun kembali kerajaannya, dan di tahun 1745 Kerajaan dibongkar dan diarak menuju Kota Surakarta yang terletak di tepi Kali (Sungai) Bengawan Solo.
18 Februari 1745 dianggap
sebagai hari kelahiran kota resmi. Dikatakan bahwa tempat itu ia memilih untuk
menjadi istana baru itu terletak di sebuah danau kecil. sejarawan itu
"babad" atau catatan pengadilan resmi masih menyebutkan bahwa danau
itu dikeringkan oleh mendukung mitos ratu laut selatan, Nyi Roro Kidul.
2.2 Seni dan Kebudayaan di Kota Solo
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang,Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus" karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/), seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan lainnya.
Pernikahan
adat
Pernikahan
adat Surakarta juga memiliki ciri-ciri yang khusus, mulai dari
lamaran, persiapan pernikahan, hingga upacara siraman dan midodaren.
Tarian
Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang, Dorodasih, Sukoharjo, dll.) dan Srimpi (Gandakusuma dan Sangupati). Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti Bedhaya Ketawang secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Pakoe Boewono sebagai pemimpin Kota Surakarta.
Batik
Batik Solo memiliki
ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang bebas
warna, berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan
warna cenderung gelap, mengikuti kecenderungan batik pedalama. Jenis bahan
batik bermacam-macam, mulai dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya pun
beraneka macam, mulai dari batik tulis hingga batik cap
Setiap tahunnya Solo
juga mengadakan Karnaval Batik Solo dan mulai tahun 2010 pemerintah
kota Solo mengoperasikan bus yang bercorak batik bernama Batik Solo Trans.
Surakarta
dalam budaya populer
2.3
Bahasa yang di Pakai Orang Solo
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang,Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus" karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih" (/iŋdʒɪh/), seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan lainnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka kesimpulannya adalah kesenian dan kebudayaan Suku Jawa
Tengah ( Surakarta) merupakan kebudayaan asli kota Surakarta dan memiliki jenis
musik seperti Gamelan, Gong. Menggukan bahasa dengan bahasa Jawa Halus. Dari bidang
seni teater terdapat ketoprak. Kemudian terdapat cerita rakyat serta wayang
sebagai pertunjukan khasnya. Ini membuktikan bahwa tiap daerah yang ada di
Indonesia memiliki budaya daerah masing-masing.
3.2 Saran
Keaekaragaman
kebudayaan Indonesia harus bisa menjaga kelestarian seni dan budayanya.
Upaya pelestarian tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Namun, perlu didukung
dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Agar seni dan budaya dapat terjaga
kelestariannya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta
.
No comments:
Post a Comment