SEJARAH ADANYA PENGAMEN
Entah sejak
kapan pastinya seseorang mulai mengenal istilah “ngamen” dan para
pelakunya di panggil sebagai “pengamen”. Bisa diduga ngamen memang sudah ada sejak
manusia mengenal alat musik. Karena ngamen umumnya bernyayi diiringi dengan
alat musik. Meskipun akhir-akhir ini pernah saya temui pengamen yang tidak
memakai alat musik.
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia “ngamen” terdiri dari dua pengertian, pertama sebagai
kegiatan keliling bermain musik dengan mengharapkan bayaran, kedua sebagai
kegiatan pergi melaut mencari ikan. Dalam kamus online pengamen ditulis sebagai
“beg while singing playing musical instruments or reciting prayers, atau be
persistent(memaksa).
Pengamen
sering pula diarikan sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers),
sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai musik jalanan.
Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi
tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing
mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu
bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian.
SEJARAH SINGKAT
Dalam
sejarahnya, pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama di Eropa bahkan
di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di
Islington, London. Pada saat itu musik di Eropa berkembang sejalan dengan
penyebaran musik keagamaan yang kemudian dalam perkembangannya beberapa
pengamen merupakan sebagai salah-satu landasan kebudayaan yang berpengaruh
dalam kehidupan umat manusia.
SEJARAH PENGAMEN DI INDONESIA
Musik
duniawi yang berkembang saat itu, umumnya dibawakan atau dinyanyikan oleh para
musafir atau pengelana. Mereka menggunakan alat musik yang sederhana dan
praktis, biasanya alat musik berdawai semacam gitar. Para musikus pengembara
itu berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, mengelilingi negeri, sambil
bernyanyi. Mereka mendapatkan upah atau imbalan dari para penikmat musiknya. Di
Perancis, musafir pemusik ini disebut troubadour, dan di Jerman disebut
minnesaenger. Sampai saat ini, budaya semacam itu masih banyak dilakukan oleh
kaum Gypsi, yang berada di daerah Spanyol.
Bahkan
pengaruh musik mereka juga sempat terbawa ke Indonesia oleh bangsa Portugis.
Musik mereka itu diserap oleh seniman musik Indonesia sebagai musik Keroncong.
Keroncong asli kerap disebut sebagai keroncong moritsku atau morisko. Perkataan
ini berasal dari moresca, yaitu sejenis tari pedang yang khas di antara bangsa
Spanyol dan Portugis. Kerangka musik ini berkaitan juga dengan musik-musik Abad
Tengah.
Fenomena
itu mungkin menjadi awal kemunculan bentuk musik jalanan. Seperti di
Indonesiapun, budaya ngamen semacam itu, sudah ada sejak sekitar abad ketiga
belas, saat kejayaan Kediri atau Kahuripan. Saat itu sudah dikenal rombongan
kesenian musik yang berjalan dari satu tempat ke tempat lain, dan menghibur
lewat syair atau pantun yang berisi dongeng Panji. Mereka akrab disebut sebagai
Dalang Kentrung. Keberadaan mereka terkadang berarti sakral bagi masyarakat
yang dilewatinya, karena apa yang mereka lantunkan tidak sekedar hiburan,
tetapi terkadang merupakan nasehat, isyarat bahkan ramalan masa depan dari
situasi.
Namun
dalam perkembangan jaman yang semakin kompleks, budaya ngamen ini juga ikut
berkembang menjadi salah satu peluang untuk mencari nafkah dari sementara
orang. Seperti banyaknya pengamen yang saat ini terlihat di sekeliling kita,
sebernarnya juga menyimpan bermacam-macam motif. Ada yang melakukannya untuk
mencari identitas, ada yang melakukan karena iseng, ada pula yang jadi pengamen
karena memang harus mengejar nafkah.
Padahal
dari karakter musik jalanan ini, terkadang muncul sebuah bentuk musik baru yang
menarik untuk disimak. Mereka umumnya memiliki karakter diri yang kuat. Walau
harus diakui banyak dari musisi jalanan ini yang memiliki keterbatasan di sisi
akademik. Namun umumnya mereka memiliki keberanian dan karakter diri yang kuat.
Kebanyakan
para pengamen atau penyanyi jalanan ini selalu tampil sebagai dirinya sendiri.
Hingga tak jarang lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi versi lain yang tak
kalah menarik dari komposisi versi aslinya.
Sumber :
http://antonsaputrakelana.blogspot.co.id/2013/05/pengamen-dulu-dan-sekarang.html
http://pustaka-juned.blogspot.co.id/2011/10/musik-jalanan-dan-pengamen.html
Sumber lain :
http://koleksi-ebook-indonesia.blogspot.co.id/2010/06/penghasilan-pengamen-yang-sangat.html